Di Indonesia yang mempunyai wilayah yang luas dan terdiri dari ribuan pulau, tak dapat dihindari adanya permasalahan penyebaran dan permasalahan perbedaan. Begitu juga dalam sistem pendidikan kita. Misalnya dalam penyebaran guru SD, system pendidikan kita belum mampu menyebarkan guru SD secara merata ke segala penjuru wilayah di tanah air. Akibatnya masih terjadi kekurangan guru SD secara lokal dimana-mana, termasuk di Papua masih mengalami masalah kekurangan guru SD sekitar 4000 orang.
Dalam masalah perbedaan kualitas hasil belajar, pada umumnya murid SD di kota-kota besar jauh lebih baik dibandingkan dengan mereka yang berada di daerah, terutama di daerah yang terpencil. Akibat kekurangan guru mungkin saja akan menambah adanya perbedaan ini.
Namun demikian, mengajar dengan merangkap kelas bukan berarti merupakan penyebab terjadinya kurang baiknya kualitas hasil belajar. Mungkin hal ini dikarenakan kita belum menemukan teknik yang tepat untuk melakukan Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR). Dalam Unit II, Sub Unit 3 ini, Anda akan kami ajak untuk memahami aneka model interaksi kelas dalam PKR, oleh karena itu Anda tidak lagi mempunyai anggapan bahwa PKR merupakan suatu masalah yang sulit untuk diatasi. Namun, justru sebaliknya pada diri Anda akan mendapatkan pemahaman bahwa PKR adalah suatu tantangan dan kenyataan tersebut harus Anda hadapai sebagai tugas guru SD.
2.
Rumusan Masalah
· Aneka model interkasi dalam PKR
3.
Batasan Masalah
Batasan materi kami meliputi:
Ø Model Proses Belajar Arahan Sendiri (MPBAS)
Ø Model Proses Belajar Melalui Kerja Sama (MPBMKS) yang meliputi:
ü Model Olah Pikir Sejoli (MOPS)
ü Model Olah Pikir Berebut (MOPB)
ü Model Konsultasi Intra Kelompok (MKIK)
ü Model Tutorial Teman Sebaya (MTTS)
ü Model Tutorial Lintas Kelas (MTLS)
ü Model Diskusi Meja Bundar (MDMB)
ü Model Tugas, Diskusi dan Resitasi (MTDR)
ü Model Aktivitas Tugas Terbuka (MATTa) dan tertutup (MATTu)
4.
Tujuan Penulisan
Pembuatan
makalah ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis model interkasi kelas dalam
PKR
5.
Manfaat Penulisan
Penulisan makalah ini memiliki manfaat
sebagai berikut:
1)
Dapat memberikan pengetahuan tentang jenis-jenis
model
interaksi kelas dalam PKR.
2)
Bagi calon guru atau guru, makalah ini diharapkan dapat
dimanfaatkan dalam memberikan pengetahuan tentang bagaimana
cara pemberian layanan serta pelaksanaan PKR di SD.
6.
Metode Penulisan
Metode yang digunakan
dalam penulisan makalah ini adalah metode pustaka.
BAB II ISI
Aneka Model Interaksi Kelas Dalam PKR
Sesuai
dengan prinsip khusus PKR seperti dibahas kelompok presentasi yang lalu,
pelaksanaan PKR memerlukan penerapan berbagai model pembelajaran yang
berpotensi mengaktifkan siswa. Mengenai model tersebut, Winataputra (1997)
mengadaptasi beberapa model yang tercakup dalam dua kelompok yakni:
1. Model
Proses Belajar Arahan Sendiri (MPBAS)
2. Model
Proses Belajar Melalui Kerja Sama (MPBMKS) yang meliputi:
a. Model
Olah Pikir Sejoli (MOPS)
b. Model
Olah Pikir Berebut (MOPB)
c. Model
Konsultasi Intra Kelompok (MKIK)
d. Model
Tutorial Teman Sebaya (MTTS)
e. Model
Tutorial Lintas Kelas (MTLK)
f. Model
Diskusi Meja Bundar (MDMB)
g. Model
Tugas, Diskusi dan Resitasi (MTDR)
h. Model
Aktivitas Tugas Terbuka (MATTa) dan tertutup (MATTu).
Untuk
masing-masing model akan disajikan urutakan dan saran penggunaanya dalam rangka
PKR. Perlu diingat bahwa selain model-model tersebut masih dapat
ditelusurimodel-model lainnya dalam berbagai sumber kepustakaan.
1.
Proses
Belajar Arahan Sendiri (PBAS)
Model
PBAS merupakan suatu kerangka kegiatan belajar atas prakarsa siswa atau secara
mandiri dengan mendapat bimbingan seperlunya dari guru. Dalam model ini guru
berperan sebagai pemberi kemudahan belajar atau “facilitator of learning”, misalnya
menyediakan sumber belajar, memberi petunjuk, memberi dorongan, mengecek
kemajuan belajar, memberi balikan dan mengecek hasil belajar siswa.
Model PBAS
memiliki langkah-langkah sebagai berikut:
Kegiatan Guru | Kegiatan Siswa |
1. Menyediakan sumber belajar 2. Memberikan penugasan belajar (1) 3. Mengecek kemajuan belajar (2) 4. Memberikan penugasan belajar lanjut (2) 5. Mengecek kemajuan belajar (2) 6. Mengevaluasi hasil belajar siswa | 1. Penyeleksian - Menemukan informasi esensial/inti - Membuat catatan tentang butir-butir yang penting - Mengeksplorasi ide pokok 2. Pemahaman - Melihat bahan lebih awal - Menggunakan isarat kontekstual - Mencari sumber bahan 3. Penguatan Ingatan - Mengkaji ulang bahan - Mengingat butir penting - Mengetes sendiri - Merancang cara belajar sendiri 4. Penjabaran lanjutan - Bertanya pada diri sendiri - Membentuk citra sendiri - Menarik analogi dan metapora 5. Pengintegrasian - Mengungkapkan sendiri - Membuat ilustrasi atau diagram - Menggunakan banyak sumber - Mengaitkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki - Menjawab permasalahan sendiri 6. Pengecekan - Mengecek apa yang telah dikuasai - Menyadari kekuatan dan kelemahan |
Saran Penggunaan
Model
PBAS ini diadaptasi dari model Thomas, Strage dan Curley tahun 1988 dalam
Miller tahun 1989. Model ini digunakan sebagai model belajar mandiri. Belajar
mandiri bisa dilakukan secara perseorangan maupun kelompok. Inti dari belajar
mandiri adalah mencari dan mengolah informasi atas dasar dorongan belajar dari
dalam diri. Artinya tanpa menunggu datangnya tugas atau perintah dari orang
lain. Walaupun demikian karena model ini akan diterapkan di SD, arahan dari
guru masih tetap diperlukan dalam kadar yang tidak terlalu besar. Berikanlah
petunjuk yang sesingkat, sejelas, setegas mungkin. Model ini harus menjadi
intinya PKR. Dalam hubungan ini guru PKR bertugas untuk memelihara kelangsungan
kegiatan tersebut. Keberhasilan PKR sebagian terbesar terletak pada berhasiltindaknya
PBAS dibudayakan di lingkungan sekolah.
2.
Model
Proses Belajar Melalui Kerja Sama (MPBMKS)
Model Proses Belajar Melalui Kerja Sama (PBMKS)
terdiri atas model-model sebagai berikut:
a.
Model
Olah Pikir Sejoli (MOPS)
Model olah pikir sejoli atau MOPS merupakan kerangka
kegiatan belajar secara berpasangan. Setiap pasang siswa ditugasi untuk
melakukan suatu kegiatan secara bersama-sama di bawah kontrol guru.
Model OPS memiliki
langkah-langkah sebagai berikut:
Langkah – langkah | |
Tahap 1 | Siswa menyimak pertanyaan atau tugas yang diajukan guru. |
Tahap 2 | Semua murid diberi kesempatan untuk memikirkan jawaban atas pertanyaan atau tugas tersebut. |
Tahap 3 | Guru memberi isyarat agar siswa secara berpasangan dengan siswa lain yang duduk di sampingnya untuk mendiskusikan jawaban atau mengerjakan tugas yang telah dipikirkan sendiri. Setiap pasangan diminta untuk merumuskan jawaban yang di sepakati berdua. |
Tahap 4 | Masing-masing pasangan diminta untuk menyampaikan pendapatnya dalam diskusi kelas yang dibimbing guru. |
Catatan:
Waktu untuk mengerjakan setiap tahap
diatur oleh guru sesuai dengan keadaan.
Saran
Penggunaan
Model
OPS diadaptasi dari Model “Think Pair
Share” Kagan tahun 1989 dalam Miller (1989).
Model
ini menitikberatkan pada komunikasi banyak arah secara bertahap. Tahap pertama
dan kedua meawadahi komunikasi satu arah
(guru-murid) dengan respon dalam bentuk komunikasi dalam diri atau
intrapersonal. Tahap ketiga mewadahi komunikasi timbal balik dalam kelompok
kecil dua orang sebagai persiapan komunikasi banyak arah dalam diskusi kelas pada tahap keempat. Pada dasarnya model
ini memiliki tujuan Pembina kerjasama dan komunikasi social. Model ini dapat
digunakan dalam kelas PKR khususnya dalam satu atau lebih dari satu mata
pelajaran yang menampilkan satu topik yang ditata menurut arasnya. Dalam
suasana PKR dengan satu ruangan (PKR211) pasangan diskusi dapat terdiri dari
dua murid berbeda kelas. Dalam penggunaan model ini guru berperan sebagai
penanya,moderator atau pengatur dan manager atau pengelola kelas.
b.
Model
Olah Pikir Berebut (MOPB)
Model
Olah Pikir Berebut atau MOPB merupakan kerangka kegiatan belajar yang
menekankan pada proses berfikir menyebar atau “divergent thinking” secara
dialogis.
Model
OPB memiliki langkah-langkah sebagai berikut :
Langkah-langkah | |
Tahap 1 | Guru mengajukan pertanyaan yang meminta banyak jawaban. |
Tahap 2 | Siswa secara perorangan berpikir dan selanjutnya memberi jawaban secara lisan. |
Saran Penggunaan
Model
OPB ini diadaptasi dari model “Roundrobin” dari Kagan tahun 1989 dalam Miller
1989. Model ini termasuk kedalam proses curah pendapat atau yang dirangsang
dengan pertanyaan menyebar yakni pertanyaan yang menuntut banyak jawaban yang
bervariasi. Pola PKR yang cocok sebagai arena penerapan ni adalah pola satu
atau lebih dari satu kelas dalam satu ruangan untuk membahas atau lebih dari
satu mata pelajaran yang mempunyai topk an subtopic. Tujuan model ini bukanlah
untuk mendapatkan suatu kesimpulan tetapi untuk melibatkan sebanyak-banyaknya
murid dalam menggali sebanyak-banyaknya pendapat. Peran guru yang utama adalah
sebagai penanya sesuai tujuan pembelajaran, moderator dan manager kelas.
c.
Model
Konsultasi Intra Kelompok (MKIK)
Model
Konsultasi Intra Kelompok atau MKIK merupakan kerangka kegiatan belajar
kelompok dalam mememcahkan masalah dengan menggunakan sumber belajar yang
tersedia.
Model
KIK memiliki langkah-langkah sebagai berikut :
Langkah-langkah | |
Tahap 1 | Siswa diminta menyiapkan alat tulis. Semua pena disimpan di tengah meja setiap kelompok. |
Tahap 2 | Seorang siswa pada setiap kelompok diminta membacakan pertanyaan dari beberapa pertanyaan yang telah disiapkan guru. |
Tahap 3 | Semua siswa mencari jawaban dari buku yang tersedia atau dari hasil diskusi kelompok. |
Tahap 4 | Siswa yang duduk sebelah kiri pembaca pertanyaan pada setiap kelompok, ditugaskanuntuk mengecek apakah setiap murid dalam kelompok mengerti maksud pertanyaan dan menyepakati jawabannya. |
Tahap 5 | Bila telah dicapai kesepakatan mengenai jawaban atas pertanyaan itu, semua murid mengambil pena masing-masng dan menuliskan jawaban dengan kata-kata sendiri pada buku catatan masing-masing. |
Tahap 6 | Selanjutnya dengan mengikuti urutan langkah 1 sampai 5 meneruskan kegiatan untuk pertanyaan ke 2 dan seterusnya sampai setiap murid dalam kelompok mendapat giliran membacakan pertanyaan dan mengecek jawaban kelompok. |
Catatan:
Selama proses berlangsung guru memantau,
memberi petunjuk yang diperlukan dan memelihara disiplin kelas.
Saran Penggunaan
Model
KIK ini diadaptasi dari model “Team mate
Consult”dari Kagan tahun 1989 dalam Miller (1989). Tujuan model ini adalah
untuk mengembangkan kemampuandan kebiasaan saling berbagai ide dan memebuat
kesepakatan bersama mengenai sesuatu hal serta menuangkan hasil kesepakatan itu
dengan bahasa sendiri. Model ini dapat diterapkan dalam kelas PKR baik yang
dilakukan dalam satu atau lebih dari satu mata pelajaran. Yang perlu dicatat
ialan pengelompokan murid sebaiknya menurut kelas. Mungkin akan lebih cocok
digunakan di kelas IV ke atas mana murid sudah bisa menuliskan buah pikirannya.
d.
Model
Tutorial Teman Sebaya (MTTS)
Model
Tutorial Teman Sebaya (MTTS) merupakan kerangka kegiatan belajar siswa dengan
memanfaatkan teman sekelasnya yang memiliki kemampuan lebih untuk membantu
temannya dalam melakukan sesuat kegiatan atau memahami suatu konsep.
Model
TTS memiliki langkah-langkah sebagai berikut:
Langkah-langkah | |
Tahap 1 | Pilihlah siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. |
Tahap 2 | Berikan tugas khusus untuk membantu temannya dalam bidang tertentu. |
Tahap 3 | Guru selalu memantau proses saling membantu tersebut. |
Tahap 4 | Beriakan penguatan kepada kedua belah pihak agar baik anak yang membantu maupun yang dibantu merasa senang. |
Saran Penggunaan
Model
TTS ini dirancang untuk mengembangkan sikap dan kebiasaan saling membantu antar
teman sebaya. Miller (1989) memberikan beberapa saran untuk dapat berhasilnya
program tutorial sebagai berikut:
1) Mulailah
dengan tujuan yang jelas dan mudah dicapai,
2) Jelaskan
tujuan itu kepada seluruh kelas,
3) Siapkan
bahan dan sumber belajar yang memadai,
4) Gunakanlah
cara yang praktis,
5) Hindari
kegiatan pengulangan yang telah dilakukan guru,
6) Pusatkan
kegiatan toturial pada keterampilan pikiran yang diminta di kelas,
7) Berikan
latihan singkat mengenai yang akan dilakukan tutor,
8) Lakukanlah
pemantauan terhadap proses belajar yang terjadi melalui tutorial.
Dalam
memanfaatkan totur sebaya guru berperan sebagai manusia yng akan dimintakan
keterangan,petunjuk, dan sarannya oleh:murid yang ditugasi sebagai totur
sebaya. Jagalah agar murid yang menjadi totur tdak bersikap sombong.
e.
Model
Toturial Lintas Kelas (MTLK)
Model
Toturial Lintas Kelas (MTLK) merupakan kerangka kegiatan belajar siswa dengan
memanfaatkan siswa lain kelas yang lebih tinggi untuk membantu siswa kelasnya
dalam memahami ataumengerjakan sesuatu.
Model
MTLK memilki langkah-langkah sebagai berikut:
Langkah-langkah | |
Tahap 1 | Pilih siswa yang memiliki kemampuan diatas rata-rata dikelas di atasnya. |
Tahap 2 | Berikan tugas khusus untuk membantu siswa adik kelasnya |
Tahap 3 | Guru selalu memantau proses saling membantu proses saling membantu tersebut. |
Tahap 4 | Berikan penguatan kepada kedua belah pihak agar baik siswa yang membantu maupun yang dibantu agar mereka merasa senang. |
Saran
penggunaan
Model
TLK digunakan secara lintas kelas yang lebih tinggi, misalnya murid kelas VI
yang pandai ditugas untuk membantu kelompok kelas dibawahnya. Semua saran
Militer (1989) uuuntuk model TTS berlaku untuk model ini.
f.
Model
Diskusi Meja Bundar (MDMB)
Model
Diskusi Meja Bundar atau MDMB merupakan kerangka kegiatan belajar siswa yang
bersifat mengundang pendapat siswa secara tertulis dalam suasana terstruktur.
Model
DMB memiliki langkah-langkah sebagai berikut:
Langkah-langkah | |
Tahap 1 | Siswa dibagi dalam kelompok kecil berjumlah 3-4 orang. |
Tahap 2 | Guru mengajukan pertanyaan secara tertulis atau lisan menuntut banyak jawaban. |
Tahap 3 | Selembar kertas diedarkan dalam setiap kelompok. Setiap bergilir setiap murid dalam kelompok itu, menuliskan jawaban terhadap pertanyaan menurut pendapatnya sendiri. |
Saran
penggunaan
Model
DMB ini diadaptasi dari model “Roundtable” dari kagan tahun 1989 dalam Militer
(1989). Tujuan model ini ialah mengembangkan keterampilan mengemukakan ide
secara tertulis melalui situasi kerja kelompok. Model ini mirip dengan model
OPB, hanya dengan ,odel OPB jawaban murid disampaikan secara lisan. Pengguanaan
model ini akan lebih tepat dikelas IV ke atas.
g.
Model
Tugas Diskusi-Resitasi (MTDR)
Model
Tugas dan Resitasi atau MTDR merupakan kerangka kegiatan belajar siswa dalam
rangkaian kegiatan melaksanakan tugas, mendiskusikan tugas, dan melaporkan
hasil pengerjaan tugas tersebut.
Model
TDR mmiliki langkah-langkah sevagai berikut:
Langkah-langkah | |
Tahap 1 | Pemberian tugas dari guru. |
Tahap 2 | Pelaksanaan diskusi kelompok siswa. |
Tahap 3 | Pelaporan hasil diskusi siswa. |
Catatan:
Selama proses berlangsung guru memantau,
memberi balikan, dan memilihara disiplin kelas.
Model
TDR merupakan kombinasi dari metode pemberian tugas dan diskusi. Model ini
cocok digunakan dikelas VI ke atas. Tujuan model ini tertuju pada pengembangan
keterampilan akademik yang tercapai melalui situasi kerja sama. Dalam model ini
guru berperan sebagai manager kelas, nara sumber, dan penilai/pemonitor.
h.
Model
Aktivitas Tugas Tertutup (MATTu), dan Aktivitas Tugas Terbuka (MATTa)
Kedua
model tersebut (MATTU dan MATTA) merupakan kerangka kegiatan belajar melalui pemberian tugaas kepada siswa secara
terarah pada satu jawaban atau banyak jawaban.
Langkah-langkah:
Model
ATTU dan Model ATTA merupakan model pemberian tugas. Tidak memiliki langkah
khusus, karena itu berlaku prosedur pemberian tugas biasa. Yang khas dalam
kedua model ini ialah dalam sifat isi tugasnya. Tugas tertutup berbentuk tugas yang
hanya memerlukan satu jawaban yang benar. Sedangkan tugas terbuka berbentuk
tugas yang memnuntut hasil yang beraneka ragam misalnya tugas membuat karangan.
Saran
penggunaan
Model
ini dapat digunakan unuk berbagai bidang studi. Dalam kelas PKR model ini lebih
tepat digunakan di kelas IV ke atas. Peran guru dalam model ini adalah sebagai
nara sumber dan manager kelas. Misi utama model ini adalah melatih keterampilan
berpikir kognitif dan komuniasi secara tertulis.
Tags:
Kumpulan Makalah